Lawyer's Story: Setahun Jadi Pengacara

Waktu SMA bahkan pada waktu kuliah saya tidak pernah berpikir untuk menjadi seorang Pengacara.

Saya mengambil jurusan hukum karena permintaan orang tua (bukan keinginan pribadi).

Awalnya saya berpikir untuk mengikuti arus saja dulu, eh taunya semakin hari entah kenapa saya semakin menyukai dunia hukum.

Sempat terpikir untuk menjadi seorang Hakim, tapi apa daya kesukaan saya akan dunia hukum sejenak tergantikan dengan kesukaan pada Bahasa pemograman (ngoding).  

Saya mulai belajar ngoding saat sudah tidak ada mata kuliah lagi. Makanya saya sempat focus untuk belajar dan mulai menghasilkan uang dari ngoding.

Karena cari uang gampang lewat teknologi saya lupa kalau saya sebenarnya adalah seorang mahasiswa hukum.

Sempat tertunda 3 tahun tidak melanjutkan untuk ujian akhir. Tiba-tiba orang tua saya bergerak dan membuat ultimatum harus menyelesaikan kuliah.

Saya sempat berdebat dengan orang tua kalau saya ingin fokus di dunia pemograman. Tapi saya akhirnya mengikuti keinginan orang tua karena saya piker tidak ada hikmahnya atau hanya menutup berkat jika tidak mengikuti keinginan orang tua. Siapa tau dengan ikut keinginan orang tua, saya bisa dapat lebih banyak berkat.

Singkat cerita akhirnya saya lulus dari fakultas hukum pada sekitar tahun 2019. Saat itu ayah saya kembali menyarankan saya untuk mengikuti Pendidikan Profesi Advokat biar bisa jadi Lawyer. Saya pun mengiyakan dan akhirnya pada tahun 2023 saya disumpah sebagai seorang advokat di Pengadilan Tinggi Manado.

Photo by RDNE Stock project

DILEMA ANTARA UANG ATAU PENGALAMAN

Banyak orang pasti berpikir profesi advokat adalah profesi yang bisa menghasilkan banyak uang dengan mudah.

Kata saya, pemikiran seperti itu hanya ada di social media broo.

Sejujurnya, saya juga dulu sempat berpikiran seperti kalian.

Tapi setelah menjadi advokat, akhirnya saya mengerti kata-kata ini “Sebagai advokat/pengacara muda, jangan dulu mengejar uang, kejarlah pengalaman dan uang akan mengikuti”. Kata-kata tersebut diucapkan oleh salah satu senior saya sebelum saya disumpah sebagai advokat.

Tanpa pengalaman dan jam terbang yang tinggi, seorang advokat tidak akan bisa menghasilkan banyak duit.

Kenapa demikian? Karena ada begitu banyak advokat yang disumpah setiap tahunnya, tapi sedikit yang bertahan. Hal ini dikarenakan banyak advokat muda yang lebih mementingkan uang dari pada jam terbang dan pengalaman.

Saya merasakan hal itu saat saya bergabung dengan beberapa advokat senior menangani perkara-perkara yang saya pun baru pada saat itu menangani perkara tersebut.

Saya masih kurang pengalaman, sehingga pertanyaan demi pertanyaan saya tanyakan kepada para senior untuk menutup kekurangan jam terbang saya.

Semakin banyak pertanyaan yang saya tanyakan semakin saya menyadari, jadi advokat itu tidak mudah. Harus banyak pertimbangan, pembelajaran dan yang paling penting pengalaman langsung. Tanpa hal tersebut, jangankan duit, klien pun gak akan dapat.

Setelah menyadari hal tersebut saya bergabung dengan salah satu LBH di Sulawesi Utara. Tujuannya adalah pengabdian dan pengalaman. Banyak perkara, tapi tidak ada duit bro. Namun itulah seninya advokat muda, apalagi jika kalian belum menikah.

Di LBH saya banyak mendapatkan pembelajaran langsung baik dalam lingkup litigasi maupun non-litigasi.

Satu tahun pun berlalu dan saya merasa sudah cukup, walaupun jika dibandingkan dengan advokat yang lain, pengalaman saya masih jauh di bawah, namun kita tidak mungkin hidup tanpa uang. Saya mulai memberanikan diri untuk menangani perkara sendiri dan akhirnya bisa mendapatkan penghasilan sendiri dari jasa saya sebagai seorang advokat.


BERAPA PENGHASILAN SEORANG ADVOKAT?

Mungkin topik ini adalah yang paling kalian nantikan ya? Hehehe

Penghasilan seorang advokat tergantung jenis perkara yang ditangani. Untuk perkara-perkara Perdata seperti sengketa tanah biasanya lebih besar daripada perkara perdata hukum keluarga seperti perceraian.

Masing-masing advokat memberikan nilainya sendiri untuk setiap perkara yang ditanganinya. Untuk yang kurang pengalaman seperti saya, biasanya hanya berharap di success fee untuk perkara perdata tanah atau Perbuatan Melawan Hukum (PMH).

Lah kan kalau perkara tanah biasanya lama tuh prosesnya, uang makan dan keseharian saya gimana? Saya mengakali hal tersebut dengan menangani perkara-perkara yang lebih cepat prosesnya seperti perceraian, harta bersama dan permohonan. Perkara-perkara tersebut selain cepat prosesnya, saya juga berani untuk meminta lawyer fee di awal.

Secara umum berikut daftar pendapatan advokat sesuai dengan pengalaman dan jam terbangnya:

1. Advokat Junior

Bagi advokat junior, biasanya yang dikejar lebih dulu adalah pengalaman dan kepercayaan. Sehingga kebanyakan advokat junior akan lebih memilih untuk menangani perkara yang hanya success fee saja. Namun ada juga yang langsung meminta lawyer fee. Semuanya tergantung kepercayaan calon klien atas kredibilitas kita sebagai advokat.

Namun biasanya penghasilan advokat junior itu berkisar 8 – 10 juta perbulan. Namun tidak jarang ada advokat junior yang bisa menghasilkan lebih dari 150 juta rupiah setiap tahunnya.

2. Advokat Senior

Kriteria advokat senior adalah advokat yang telah memiliki banyak jam terbang dan pengalaman. Biasanya advokat senior adalah advokat yang telah berpengalaman lebih dari 10 tahun.

Penghasilan advokat senior berkisar 25-100 juta rupiah setiap bulannya. Bahkan ada beberapa advokat kondang tanah air yang bisa mendapatkan milyaran hanya dari 1 perkara yang ditanganinya. Tidak perlu saya katakana siapa, kalian pasti kenal dengan advokat tersebut. Kenapa bisa mendapatkan penghasilan sebesar itu? Kembali lagi, jawabannya adalah pengalaman, jam terbang, pendidikan dan pengetahuannya sebagai seorang praktisi hukum.

Itu tadi beberapa penghasilan advokat yang saya tau berdasarkan pengalaman saya. Jika ada perbedaan, mohon dimaklumi karena setiap advokat memiliki metode dan penghasilan yang berbeda-beda.

Namun perlu dipahami, semakin besar penghasilan atau biaya jasa yang ditawarkan maka semakin besar pula tanggung jawab yang harus di emban oleh seorang advokat.


AKHIR KATA

Menjadi advokat tidak mudah, perlu banyak pengalaman, jam terbang, pendidikan tambahan dan harus selalu belajar. Jika hal-hal tersebut tidak ada, maka sebagai advokat muda jangan berharap bisa memiliki penghasilan yang besar apalagi klien.

Kemudian jangan jadi advokat yang hanya mementingkan uang tanpa bisa bertanggung jawab atas profesinya. Jika memang belum mampu atau tidak punya pengalaman, berbagilah dengan advokat senior yang lain. Curi ilmu mereka dan terapkan saat kalian menangani perkara sendiri. Jangan jadi advokat yang hanya sekedar tanda tangan kuasa namunn klien yang kalian tangani tidak mendapatkan kepastian hukum.

Advokat tidak boleh menjanjikan kemenangan. Jangan memberikan harapan palsu kepada klien karena kemenangan hanya bisa diraih jika dalil gugatan maupun dalil bantahan kalian telah sesuai dengan peraturan perundang-undangan yang berlaku, sumber hukum dan dapat dibuktikan kebenarannya di depan persidangan.

Selain itu, jangan menolak perkara dari masyarakat kurang mampu. Bantulah mereka yang membutuhkan keadilan tanpa mengharapkan imbalan. Saya percaya berkat atas kebaikan akan kita terima dikemudian hari disaat kita membutuhkannya.

Posting Komentar

Lebih baru Lebih lama